Pertemuan JLPPMHP Ke-1 Tahun 2017 di Universitas Trunojoyo Madura

Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menjadi tuan rumah pertemuan pertama anggota  JLPPMHP di tahun 2017. Pertemuan diadakan di gedung Rektorat UTM lantai 5 pada hari Selasa, 28 Februari 2017 dengan dihadiri lebih dari 40 peserta dari 37 instansi yang berbeda.

Acara dimulai pada pukul 10.00 dan dibuka langsung oleh Rektor UTM, Dr. Drs. Ec. H. Muh. Syarif, M. Si. Sebelum membuka acara tersebut, Rektor UTM memberikan sambutan dan menyampaikan beberapa hal terkait peran penting Laboratorium dalam meningkatkan nilai unggul suatu instansi, khususnya di perguruan tinggi. Beliau juga  berharap pertemuan jejaring laboratorium ini dapat memberikan manfaat bagi setiap anggota instansi dan dalam memecahkan permasalah di bidang perikanan di masyarakat, khususnya di Jawa Timur.

Setelah acara resmi dibuka, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Prof.Dr.Ir. Muhammad Zainuri, M.Sc. Beliau menyampaikan materi tentang kedudukan data di laboratorium. Laboratorium merupakan suatu tempat bak pengadilan untuk dapat membuktikan apakah sesuatu benar atau tidak sehingga kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap hasil data dari laboratorium. Beliau menyatakan terdapat 2 faktor penentu data laboratorium, yakni kemampuan teknis (kinerja laboran) dan sistem manajemen mutu. Hampir seluruh keputusan bisnis saat ini memerlukan data laboratorium yang akan membawa kepada prospek bisnis laboratorium, oleh karena itu Laboratorium Harus Mandiri. Untuk dapat menemukan masalah dan solusi di masyarakat, laboratorium juga harus berperan aktif dalam berbagai aspek mulai dari hulu sampai hilir. Dan terakhir beliau menyampaikan 5 prinsip dasar kehidupan laboratorium, meliputi:

  1. Etika membangun data
  2. Kejujuran dan integritas
  3. Bertanggung jawab
  4. Hormat pada aturan
  5. Cinta pada pekerjaan

Materi kedua membahas mengenai peran sertifikasi internasional dalam budidaya yang disampaikan oleh Emiliana D. Anggeraheni, Manager Quality Control PT. Suri Tani Pemuka. Sertifikasi internasional yang biasa diminta buyer antara lain BAP (Best Aquaculture Practices) dan ASC (Aquaculture Stewardship Council). Sertifikasi dilakukan untuk membedakan produk yang dihasilkan dan memberikan kepercayaan pada mereka yang memenuhi setiap parameter dengan baik. Beliau menyatakan bahwa proses sertifikasi membantu pemerintah dalam memonitor kepatuhan pada peraturan lokal dan nasional. Pada akhir materi beliau menyampaikan bahwa jika legalitas terpenuhi, lingkungan dan sosial terjaga, pegawai terlindungi, hewan peliharaan nyaman dalam proses produksi yang benar dan terdata, maka diharapkan produksi dan pelanggan pun akan stabil.

Selanjutnya dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur melalui Lilia Widayatiningrum, S.Pi., MP. (Seksi Kesehatan Ikan Budidaya dan Lingkungan) menyampaikan materi tentang kebijakan dan strategi pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan budidaya. Program kegiatan perikanan budidaya saat ini difokuskan pada 4 isu strategis, yakni:

  1. keterbatasan stok induk dan benih unggul
  2. tingginya harga pakan
  3. adanya alih fungsi lahan
  4. belum optimalnya usaha budidaya laut.

Beliau juga memaparkan 5 hal penting dalam pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan budidaya:

  1. Monitoring hama penyakit ikan dan lingkungan: dilakukan di 38 Kabupaten/Kota
  2. Pemantauan pemakaian dan peredaran obat ikan kimia: dilakukan di 38 Kabupaten/Kota
  3. Pengelolaan laboratorium Kesehatan ikan dan lingkungan
  4. Monitoring residu obat ikan dan bahan kimia
  5. Pelestarian sumberdaya ikan spesifik lokal

Kemudian acara dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Berikut beberapa pertanyaan dan jawaban yang dapat dirangkum dari diskusi tersebut:

  1. Ketika terdapat kasus penyakit ikan di suatu wilayah, pihak yang bersangkutan dapat langsung menginfokan ke laboratorium di Bangil, sehingga petugas dapat langsung mengambil sampel dan menganalisis penyebabnya.
  2. Jangka waktu penyimpanan data laboratorium adalah tergantung keinginan user. Belajar dari sistem penyimpanan data di Jepang, mereka membuat bank data secara kontinyu sehingga dapat digunakan untuk dipelajari trendnya.
  3. Pertemuan jerjaring laboratorium ini hendaknya bukan merupakan suatu rutinitas belaka namun dapat dijadikan sebagai sarana untuk saling melengkapi kekurangan yang dimiliki dari setiap anggota jejaring.
  4. Peningkatan potensi SDM (laboran) dapat dilakukan melalui pelatihan yang akan dilakukan dalam waktu dekat atau dapat mengikuti diklat di Situbondo.
  5. Data dari setiap stasiun pemantauan kualitas hasil perikanan dapat digunakan untuk menyusun peta permasalahan yang muncul di masing-masing wilayah.

Acara selanjutnya ditutup oleh Ketua Jejaring Pengujian Penyakit dan Penjaminan Mutu Hasil Perikanan, Laminem S.Pi., MP. dan dilanjutkan dengan foto bersama seluruh anggota.

Materi yang disampaikan oleh ketiga narasumber, dapat diunduh di menu UNDUH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *